Mangekyo Sharingan

Template by:
Free Blog Templates

Sabtu, 05 November 2011

Hadits Tentang Wanita

Wanita dimata islam adalah sosok ciptaan Allah yang dimuliakan. Sejak masa-masa awal kebangkitannya, wanita telah diangkat dari perlakuan yang sangat rendah menjadi berharkat. Hadits sebagai salah satu rekaman sejarah perilaku hidup Nabi banyak menginformasikan tentang keterlibatan kaum wanita pada masa awal Islam. Berikutadalah beberapa hadits Rasulullah mengenai wanita :

1. Doa perempuan lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayangnya yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab baginda, “Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”.
2. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah mencatatkan baginya setiap hari dengan 1.000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1.000 kejahatan.
3. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.
4. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
5. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan..
6. Apabila semalaman ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah memberinya pahala seperti memerdekakan 70 hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.
7. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takut akan Allah dan orang yang takut akan Allah, akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
8. Barangsiapa membawa hadiah, (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak NabiIsmail.
9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya(10. 000 tahun).
10. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dikehendaki.
11. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1.000 lelaki yang soleh.
12. Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab Rasulullah, “Suaminya. “Siapa pula yang berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah, “Ibunya”.
13. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
14. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung diudara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama dia taat kepada suami serta menjaga sembahyang dan puasanya.
15. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
16. Syurga itu di bawah tapak kaki ibu.
17. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku Nabi SAW) di dalam syurga.
18. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya syurga.
19. Dari Aisyah r.a., Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuan lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.


عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( لَوْ تَرَكْنَا هَذَا الْبَابَ لِلنِّسَاءِ )). قَالَ نَافِعٌ: فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ ابْنُ عُمَرَ حَتَّى مَاتَ.

20. Dari Nāfi', dari ('Abdullah) bin 'Umar rodhiyallohu'anhu berkata: Rasulullah Shollallahu'alaihi wa Sallam bersabda: "Kalau saja kita tinggalkan pintu ini khusus untuk wanita)). Nāfi' berkata: "Sejak saat itu Ibnu 'Umar tidak lagi masuk lewat pintu itu hingga beliau wafat." (HR. Abu Daud; HASAN)


عَنْ حَمْزَةَ بْنِ أَبِي أُسَيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَهُوَ خَارِجٌ مِنْ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِي الطَّرِيقِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلنِّسَاءِ: (( اسْتَأْخِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُقْنَ الطَّرِيقَ، عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ )). فَكَانَتْ الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْبَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لُصُوقِهَا بِهِ.

21. Dari Hamzah bin Abi Usaid al-Anshari, dari bapaknya, bahwa ia telah mendengar Rasulullah Shollallahu'alaihi wa Sallam bersabda kepada para wanita (saat itu beliau sambil keluar dari masjid, dan terlihat laki-laki dan wanita berbaur di jalan): "Minggirlah kalian, karena tidak layak bagi kalian untuk berjalan di tengah. Kalian harus berjalan di pinggir." Sejak saat itu, ketika para wanita berjalan keluar, mereka berjalan ditepi tembok. Bahkan baju-baju mereka sampai tertambat di tembok, karena begitu dekatnya mereka dengan tembok ketika berjalan. (HR. Abu Daud; HASAN)


عن ابْن جُرَيْجٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ -إِذْ مَنَعَ ابْنُ هِشَامٍ النِّسَاءَ الطَّوَافَ مَعَ الرِّجَالِ- قَالَ: كَيْفَ يَمْنَعُهُنَّ وَقَدْ طَافَ نِسَاءُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ الرِّجَالِ. قُلْتُ: أَبَعْدَ الْحِجَابِ أَوْ قَبْلُ. قَالَ: إِي لَعَمْرِي لَقَدْ أَدْرَكْتُهُ بَعْدَ الْحِجَابِ. قُلْتُ: كَيْفَ يُخَالِطْنَ الرِّجَالَ. قَالَ: لَمْ يَكُنَّ يُخَالِطْنَ، كَانَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَطُوفُ حَجْرَةً مِنْ الرِّجَالِ لَا تُخَالِطُهُمْ."

22. Dari Ibnu Juraij berkata: 'Atha telah memberitahukan padaku dengan berkata (hal itu ketika Ibnu Hisyam melarang wanita untuk thawaf bersama laki-laki): "Bagaimana mungkin ia melarang para wanita untuk thawaf bersama laki-laki, padahal para istri nabi telah thawaf bersama laki-laki?" Aku katakan padanya: "Apakah hal itu setelah turun perintah hijab atau sebelumnya?" Ia berkata: "Sungguh aku mendapatinya setelah turunnya perintah hijab." Maka aku katakan: "Bagaimana mungkin para istri nabi berbaur dengan laki-laki," Ia berkata: "Mereka memang tidak berbaur dengan laki-laki, 'Aisyah rodhiyallohu'anha saat itu thawaf di sisi para laki-laki dan tidak berbaur dengan mereka."


عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (( إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ )). فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: (( الْحَمْوُ الْمَوْتُ )).

23. Dari 'Uqbah bin 'Amir rodhiyallohu'anhu, bahwa Rasulullah Shollallahu'alaihi wa Sallam: "Berhati-hatilah dari menemui wanita." Lalu berkata salah seorang dari Anshar: "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan saudara dari suami? Beliau bersabda: "Saudara suami adalah kematian."[1] (Muttafaq 'Alaih)


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، جَاءَ نِسْوَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقُلْنَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا نَقْدِرُ عَلَيْكَ فِي مَجْلِسِكَ مِنْ الرِّجَالِ، فَوَاعِدْنَا مِنْكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ. قَالَ: (( مَوْعِدُكُنَّ بَيْتُ فُلَانٍ )) وَأَتَاهُنَّ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلِذَلِكَ الْمَوْعِدِ. قَالَ: فَكَانَ مِمَّا قَالَ لَهُنَّ يَعْنِي (( مَا مِنْ امْرَأَةٍ تُقَدِّمُ ثَلَاثًا مِنْ الْوَلَدِ تَحْتَسِبُهُنَّ إِلَّا دَخَلَتْ الْجَنَّةَ )) فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ: أَوْ اثْنَانِ؟ قَالَ: (( أَوْ اثْنَانِ )).

24. Dari Abu Hurairah rodhiyallohu'anhu : para wanita mendatangi Rasulullah Shollallahu'alaihi wa Sallam, lalu mereka mengatakan: Wahai Rasulullah, kami tidak mampu menghadiri majelismu karena kaum laki-laki, maka berikanlah waktu khusus buat kami pada hari tertentu hingga kami bisa mendatangimu. Maka beliau bersabda: "Kita akan bertemu di rumah orang ini." Maka merekapun menemui Nabi Shollallahu'alaihi wa Sallam pada hari dan tempat yang telah ditentukan. Rawi berkata: maka diantara hal yang Beliau Shollallahu'alaihi wa Sallam sampaikan kepada mereka "Tidaklah seorang wanita yang memiliki tiga orang anak, lalu mereka meninggal dan ia mengharap dengan kejadian itu pahala di sisi Alloh, kecuali ia akan masuk syurga." Mendengar itu salah seorang wanita dari mereka berkata: "Bagaimana kalau dua orang?" Beliau menjawab: "Kalau dua orang pun demikian." (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban; SHAHIH)

to be continued..

Untuk ingatan dendam


Peristiwa yang membuat Rasulullah menangis setiap kali mengenangnya pada apa yg diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika melalui peristiwa Isra’ dan Mi’raj, ytu 10 jenis siksaan yg menimpa wanita.
            Dalam perjalanan itu, diantaranya Rasulullah SAW diperlihatkan :
(1)   Perempuan yg digantung rambutnya, sementara itu otak di kepalanya mendidih. Mereka adl perempuan yg tdk mau melindungi rambutnya agar tidak dilihat lelaki lain.
(2)   Perempuan yg digantung dg lidahnya dan (3) tangannya dikeluarkan dari punggungnya dan (4) minyak panas dituangkan kedalam kerongkongannya. Mereka adalah perempuan yg suka menyakiti hati suami dg kata-katanya.
(5) Perempuan digantung buah dadanya dari arah punggung dan air pohon zaqum dituang ke dlm kerongkongannya. Mereka adl perempuan yg menyusui anak org lain tanpa izin suaminya.
(6) Perempuan diikat dua kakinya serta dua tangannya sampai ke ubun dan dibelit beberapa ular dan kalajengking. Mereka adl perempuan yg mampu sholat dan berpuasa tetapi tidak mau mengerjakannya, tidak berwudhu dan tidak mau mandi junub. Mereka sering keluar rumah tanpa mendapat izin suaminya terlebih dahulu dan tidak mandi yaitu tidak bersuci selepas habis haid dan nifas.
(7) Perempuan yg memakan daging tubuhnya sendiri sementara dibawahnya ada api yg menyala. Mereka adl perempuan yg berhias utk dilihat lelaki lain dan suka menceritakan aib org lain.
(8) Perempuan yg memotong badannya sendiri dg gunting neraka. Mereka adl perempuan yg suka mencari perhatian org lain agar melihat perhiasan dirinya.
(9) Perempuan yg kepalanya seperti kepala babi dan badannya pula seperti keledai. Mereka adl perempuan yg suka mengadu domba dan sangat suka berdusta.
(10) Perempuan yg bentuk rupanya seperti anjing dan beberapa ekor ular serta kalajengking masuk ke dalam mulutnya dan keluar melalui duburnya. Mereka adl perempuan yg suka marah-marah kepada suaminya dan memfitnah org lain.
            Tidak ada maaf. Tusukan rasa itu meninggalkan dendam membara. Terngiang-ngiang segala kata. Terbayang semua tingkah dan perlakuan. Sakit. Memaafkannya berarti menggadaikan harga diri. Terlalu murah untuk ditarik ulur dengan harga rendah. Mendidih, melihatnya tersenyum kemenangan.
            Itu bisik hati besar senandung ego dan marah, kesal dan kesumat. Jauh dari dalam diri… suara lain bergetar. ‘Hati kecil’ tidak jemu-jemu mengingatkan. Suara tulus yg mendamaikan gelombang jiwa. Yg meredakan amukan rasa. Maafkan,lupakan… cintai,sayangi… Berperang dengannya berarti berperang dg diri sendiri.
            “Tolaklah kejahatan dg sebuah kebaikan. Niscaya engkau akan mendapati musuhmu akan menjadi bagaikan saudara.”
            Api dilawan dg api baranya hanya akan membakar diri sendiri. Menyimpan dendam adl membina  sebuah gunung berapi di dalam hati. Semakin besar semakin sakit hati menanggungnya. Musuh terus tertawa, sedangkan diri menderita meneguk bias.
Musim-musim yg terus berlalu mendewasakan. Pengalaman lampau mengajarkan permusuhan member kepuasan sesaat. Beban rasa biarlah lepas. Safar kehidupan ini pendek. Terlalu singkat utk membenci.
            Bermusuhan dg orang lain, sama seperti bermusuhan dg diri sendiri. “Apa yg kita berikan akan kita terima kembali.”
            Kebaikan kadang itu tampak sukar utk dilaksanakan. Pahit. Sakit. Tetapi bila dilaksanakan terasa kemanisannya. Terkadang kejahatan itu tampak mudah, indah dan manis. Namun apabila dilakukan, pasti ada penyesalan, kepahitan, dan keresahan.
            Dosa itu sesuatu yg meresahkan. Dendam itu dosa. Memaafkan itu pahala. Memaafkan menjemput datangnya ‘syurga’ yg fana, sebelum syurga yg baqa’.
            Siapa aku? Begitu sukar memaafkan. Sedangkan Allah Sang Pencipta itu Maha Pemaaf, Maha Pengampun, Siapa aku yg kerdil ini untuk terus berdendam.

Source: Mutiara Amaly ‘Penyejuk jiwa penyubur iman’

Jumat, 04 November 2011

Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.

Pertama
Bahwa berbakti kpd kedua orang tua ialah amal yg paling utama. Dengan dasar diantara yaitu hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

“Arti : Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku bertany kpd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal yg paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktu (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kpd kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah” [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]

Dengan demikian jika ingin kebajikan hrs didahulukan amal-amal yg paling utama di antara ialah birrul walidain (berbakti kpd kedua orang tua).

Kedua
Bahwa ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua. Dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan.

“Arti : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ridho Allah tergantung kpd keridho'an orang tua dan murka Allah tergantung kpd kemurkaan orang tua” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]

Ketiga
Bahwa berbakti kpd kedua orang tua dpt menghilangkan kesulitan yg sedang dialami yaitu dgn cara bertawasul dgn amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Umar.
“Arti : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yg lain, ‘Ingatlah amal terbaik yg pernah kamu lakukan’. Kemudian mereka memohon kpd Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dgn harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguh aku mempunyai kedua orang tua yg sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yg masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kpd kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku hrs berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dpti kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi kedua namun kedua masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tdk memberikannya. Aku tdk akan memberikan kpd siapa pun sebelum susu yg aku perah ini kuberikan kpd kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai kedua bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kpd keduanya. Setelah kedua minum lalu kuberikan kpd anak-anaku. Ya Allah, seandai peruntukan ini ialah peruntukan yg baik krn Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yg menutupi pintu gua itupun bergeser” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal]

Ini menunjukkan bahwa peruntukan berbakti kpd kedua orang tua yg pernah kita lakukan, dpt digunakan untuk bertawassul kpd Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yg dialami seseorang saat ini diantara krn peruntukan durhaka kpd kedua orang tuanya.

Kalau kita mengetahui, bagaimana berat orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka peruntukan ‘Si Anak’ yg ‘bergadang’ untuk memerah susu tersebut belum sebanding dgn jasa orang tua ketika mengurus sewaktu kecil.

‘Si Anak’ melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dgn tdk ada perasaan bosan dan lelah atau yg lainnya. Bahkan ketika kedua orang tua sudah tidur, dia rela menunggu kedua bangun di pagi hari meskipun anak menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua hrs didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kpd kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yg lain disebutkan berbakti kpd orang tua hrs didahulukan dari pada beruntuk baik kpd istri sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma ketika diperintahkan oleh bapak (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia berta kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ceraikan istrimuu” [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138, Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, “Hadits Hasan Shahih”]

Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud yg disampaikan sebelum disebutkan bahwa berbakti kpd kedua orang tua hrs didahulukan daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Begitu besar jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yg kita lakukan untuk berbakti kpd kedua orang tua tdk akan dpt membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma melihat seorang menggendong ibu untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja ‘Si Ibu’ menginginkan, orang tersebut berta kpd, “Wahai Abdullah bin Umar, dgn peruntukanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, “Belum, setetespun engkau belum dpt membalas kebaikan kedua orang tuamu” [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]

Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dgn beban yg dirasakan sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwa antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yg menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semua dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tdk ada yg bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dgn membawa ke dokter atau yg lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.

Keempat
Dengan berbakti kpd kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dalam hadits yg disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Arti : Barangsiapa yg suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umur maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi” [Hadits Riwayat Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693]

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yg hrs didahulukan silaturahmi kpd kedua orang tua sebelum kpd yg lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yg sering ziarah kpd teman-teman tetapi kpd orang tua sendiri jarang bahkan tdk pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tdk pernah berkumpul bahkan tdk kenal dgn kedua orang tuanya. Sesulit apapun hrs tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kpd kedua orang tua. Karena dgn dekat kpd kedua insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dgn silaturahmi akan diakhirkan ajal dan umur seseorang.[1] walaupun masih terdpt perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendpt yg lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits ini bahwa umur memang benar-benar akan dipanjangkan.

Kelima
Manfaat dari berbakti kpd kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa anak yg durhaka tdk akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yg beruntuk baik kpd kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke jannah (surga).

Dosa-dosa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala segerakan adzab di dunia diantara ialah beruntuk zhalim dan durhaka kpd kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak beruntuk baik kpd kedua orang tuanya, Allah Subahanahu wa Ta’ala akan menghindarkan dari berbagai malapetaka, dgn izin Allah.

SYI’IR TANPO WATON


Oleh : K.H Abdurrahman Wahid

Astaghfirulloh robbal barroya astaghfirulloh minal khotoya
Robbi zidni ‘ilman nafi’a wawafi’ni ‘amalan sholikhan

Ya Rosulalloh salamun ‘alaik ya rofi ‘asya niwaddaroji
‘athfata yaji rottal ‘alami Ya uhailalju diwal karomi..

Ngawiti ingsun nglaras syi’iran – kelawan muji maring pangeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan – rino wengine tanpo petungan

Duh bolo konco priyo wanito – ojo mung ngaji syarengat bloko
Kur pinter dongeng nulis lan moco – tembe mburine bakal sangsoro

Akeh kang apal qur’an haditse – seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewek dak digatekke – yen esih kotor ati akale

Gampang kabujuk nafsu angkoro – ing pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo – mulo atine peteng lan nisto

Ayuh sedulur jo ngaleake – wajibe ngaji sak pranatane
Njur ngandelake iman tauhide – baguse sangu mulyo matine

Kang aran sholeh bagus atine – kerono mapan seringelmune
Laku thorikot lan ma’rifate – uga khakekat manjing rasane

Al Qur’an Qodim wahyu minulyo – tanpo dinulis iso diwoco
Iku wejangan guru waskito – den tancepake ing njero dodo

Kumantil ati lan pikiran – mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mukjizat rosul dadi pedoman – minongko dalan manjinge iman

Sowan nang Alloh kang Moho Suci – Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadohi – Dzikir lan suluk jo nganti lali

Uripe ayem rumongso aman – dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas-pasan – kabeh dinakdir saking pangeran

Kelawan konco dulur lan tonggo – kang podo rukun ojo nafsiyo
Iku sunahe rosul kang mulyo – Nabi Muhammad panutan kito

Ayo nglakoni sakabehane – Alloh kang bakal ngangkat drajate
Senajan asor toto dhohire – ananging mulyo maqom drajate

Namung palastro ing pungkasane – ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Alloh suwargo manggone – Utuh mayite ugo ulese

Ya Rosulalloh salamun ‘alaik ya rofi ‘asya niwaddaroji
‘athfata yaji rottal ‘alami Ya uhailalju diwal karomi..
Al Fatihah…………